Kasus Asuransi : Anak Meninggal, Ibu Dipenjara

TRIBUNNEWS.COM. PONOROGO - Keluarga besar Ny Lely Lestari (56) warga JL Imam Bonjol, RT 01, RW 01, Kelurahan Kauman, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo tidak menerima, jika Ny Lely Lestari dipidanakan. Alasannya, Ny Lely tidak bersalah dan tak melakukan apa yang dituduhkan pihak PT Prudential Life Asurance (PT PLA) atas upaya mendaftarkan anaknya, Nica Wijaya (almarhum) yang menjadi nasabah asuransi itu mulai Tahun 2006 silam.

Selain itu, Ny Lely Lestari memasukkan anaknya menjadi nasabah bukan atas inisiatif pribadi, akan tetapi atas bujuk dan rayu agen PT PLA yakni Teguh Widodo yang menawari hingga sebanyak 7 kali dengan cara datang ke rumahnya. Oleh karenanya, lantaran tidak enak hati, maka Ny Lely Lestari mendaftarkan anaknya menjadi nasabah PT PLA itu.

"Kami bingung dengan hukum yang tidak ada azas keadilannya ini. Lely Lestari merupakan nasabah dari PT PLA yang mendaftar bukan karena inisitif pribadi, tetapi karena bujuk rayu Teguh Widodo, agen yang menawari hingga 7 kali lebih," terang Ny Wasiati (60) kakak Ny Lely Lestari kepada Surya, Senin (31/3/2014).

Selain itu, Wasiati menjelaskan karena tidak enak hati, agen PT PLA datang berkali-kali ke rumahnya dengan segala bujuk rayu itu, maka akhirnya Wasiati memasukkan adiknya tersebut menjadi nasabah.

Namun, karena pertimbangan usia sudah tua, adiknya akhirnya melimpahkan yang dimasukkan menjadi nasabah dan nama preminya adalah atas nama Nica Wijaya yang merupakan anak Lely Lestari yang saat itu masih sekolah dan masih berumur 16 tahun.

"Kami memasukkan anak adik saya menjadi nasabah PT PLA Maret 2006 karena terpaksa. Saya merasa tidak enak dengan agen PT PLA yang berkali-kali datang ke rumah dan memaksa untuk menjadi nasabah dengan preminya Rp 60 juta setahun. Cicilan premi Nica Wijaya itu saya yang membayar," imbuhnya.

Disamping itu, yang membuat kaget dan merasa dipermainkan, kata Wasiati, pihak PT PLA setiap hendak menjadi nasabah harus mengecek kesehatan terlebih dahulu. Cek kesehatan itu, dilakukan oleh dua orang dokter spesialis yang ditunjuk PT PLA.

"Cek kesehatan itu dokternya dari PT PLA. Kemudian laboratoriumnya juga milik PT PLA dan didampingi agen PT PLA. Sekarang kami dituduh melakukan pemalsuan. Ini kan aneh," ungkapnya.

Lebih jauh, Ny Wasiati menceritakan, keponakannya Nica Wijaya (almarhum) saat menjadi nasabah PT PLA dalam keadaan sehat. Setelah premi setahun dibayar ke PT PLA sebesar Rp 60 juta, saat itu keponakannya ikut liburan sekolah bersama keluarganya ke Jakarta. Acara ke Jakarta itu, sambil menunggu rehab rumahnya selesai.

"Ketika di Jakarta, Nica Wijaya mengeluh sakit kepala dan ternyata bukan sakit biasa hingga sampai sekian lama berobat dengan biaya besar tidak tertolong lagi nyawanya," ucapnya.

Sementara keberatan yang disampaikan Wasiati itu diantaranya adalah soal adiknya sudah kehilangan anaknya karena meninggal dunia. Kondisi ini, diperparah dengan tuduhan macam-macam seperti pemalsuan itu.

"Kami bukannya dapat klaim asuransi malah dipenjara. Dimana keadilan? Saat itu cek kesehatan dilakukan Tahun 2006 dokternya ditentukan PT PLA hasilnya kami tidak diberitahu.

Tahu-tahu setelah Nica Wijaya meninggal katanya Tahun 2005 Nica Wijaya divonis memiliki penyakit kanker otak dan sering pingsan. Inilah yang aneh, sepertinya semua mengada-ada," katanya dengan mimik penuh amarah.

Kini, Wasiati berharap kepada para penegak hukum yang memiliki hati nurani mau menegakkan hukum seadil-adilnya. Yakni dengan membebaskan adiknya karena tidak bersalah.

"Adik saya hanyalah korban modus penipuan yang berkedok asuransi yang tidak mau membayar klaimnya. Makanya, saya berharap dalam persidangan para penegak hukum terbuka hati nuraninya," pungkasnya.

Sumber : www.tribunnews.com

Komentar :

Sudah banyak kasus asuransi seperti di atas, masih tertarik membeli asuransi???