TEMPO.CO, Jakarta--Psikolog
Dadang Hawari menilai masyarakat Jakarta khususnya kelas menengah atas rawan
menjadi korban penipuan dengan modus jual beli on-line atau pesan pendek.
Alasannya, tingkat konsumerisme di masyarakat yang tinggi.
"Sehingga masyarakat mudah tergiur tawaran barang yang dijual murah," katanya ketika dihubungi pada Selasa, 26 Januari 2013. Kondisi psikologi serta sosial ini lah yang dimanfaatkan oleh para pelaku.
"Sehingga masyarakat mudah tergiur tawaran barang yang dijual murah," katanya ketika dihubungi pada Selasa, 26 Januari 2013. Kondisi psikologi serta sosial ini lah yang dimanfaatkan oleh para pelaku.
Menurut
Dadang, pelaku jeli membaca tren yang sedang berkembang. Kemudian secara acak
dia mulai menawarkan barang fiktif kepada korban. "Kirim 100 sms, lima
sampai 10 orang pasti merespon," ujarnya.
Seharusnya,
Dadang melanjutkan, masyarakat bisa bersikap kritis jika ada penawaran semacam
ini. Keiginan untuk belanja jangan sampai mengikis daya kritis.
Dadang
mengatakan seharusnya masyarakat bisa mengubah pola hidup mereka. "Belilah
barang sesuai kebutuhan bukan keinginan," katanya. Karena celah seperti
ini bisa dimanfaatkan pelaku.
Dari
sisi pelaku, menurut Dadang, karena kondisi ekonomi yang memaksanya menipu.
Desakan ekonomi di tengah masyarakat konsumtif memaksa beberapa orang malah
menabrak aturan hukum. Mereka ingin cepat kaya.
Untuk
mencapai tujuannya, mereka memanfaatkan segala cara. Termasuk menipu lewat
on-line dan pesan pendek. "Apa lagi teknologi saat ini mudah diakses siapa
pun," katanya. Sehingga kasus semacam ini marak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon untuk tidak mempromosikan produk anda di kolom komentar dan dilarang untuk menulis testimoni yang berkaitan dengan dukun togel. Dukun togel itu penipu. Jika melanggar aturan, maka komentar anda akan kami hapus.