Sebagaimana perusahaan memiliki target market (pasar sasaran), maka komplotan penipu (mafia penipuan) juga memiliki target market (pasar sasaran). Adapun target market (pasar sasaran) komplotan penipu (mafia penipuan) ada dua, yaitu :
- Orang bodoh. Orang bodoh merupakan target market (pasar sasaran) utama bagi komplotan penipu. Orang bodoh jarang sekali menggunakan akal sehat atau logika berpikir. Oleh karena itu, orang bodoh mudah percaya dan mudah tertarik dengan iming-iming yang menguntungkan dirinya, misalnya harga murah dan hadiah, meskipun secara logika, harga dan hadiah itu tidak masuk akal.
- Orang yang kurang pengalaman. Orang yang kurang pengalaman termasuk target market (pasar sasaran) komplotan penipu tapi bukan merupakan target market utama. Karena orang yang kurang pengalaman bisa tertipu karena ketidaktahuannya, bukan karena kebodohannya.
Agar dapat memahami uraian di atas, maka di bawah ini akan dibuatkan ilustrasi sebagai berikut :
- Si Beny mendapatkan SMS promo barang elektronik murah dengan diskon 50%. Melihat harga murah, si Beni tertarik untuk membeli barang elektronik tersebut, karena merasa diuntungkan. Padahal secara logika, diskon harga 50% sangat tidak masuk akal, karena penjual tidak mungkin mendapatkan untung dengan memberi diskon 50%. Karena bodoh, si Beni tidak dapat menggunakan akal sehat atau logika berpikirnya. Dalam otaknya hanya untung dan untung. Akhirnya di si Beny mengunjungi website toko online dan memesan satu unit Blackberry. Pemilik toko online menyuruh si Beny untuk mentransfer uang sesuai dengan harga yang telah disepakati ke rekening pemilik toko online. Si Beny kemudian mentransfer uang ke rekening pemilik toko online. Setelah ditunggu seminggu, barang yang dipesan si Beni tak juga dikirim. Si Beny kemudian menghubungi no HP pemilik toko online namun sudah tidak aktif. Si Beny pun sukses tertipu gara-gara tertarik dengan harga murah.
- Si Tono seorang mahasiswa dan baru saja mengenal internet. Si Tono ingin memiliki Blackberry. Karena sibuk dan tidak sempat ke toko barang elektronik. Maka si Tono memutuskan membeli Blackbery via online. Si Tono ini tidak tahu bahwa di dunia maya ada ribuan toko online fiktif. Setelah melakukan browsing, maka si Tono menemukan toko online yang kebetulan fiktif. Karena kurang pengalaman dalam membeli barang via online, maka si Tono tidak cek dan ricek dulu data-data penjual di google,apakah sudah teridentifikasi sebagai penipu. Si Tono kemudian menghubungi nomor kontak pemilik toko online dan terjadi tawar menawar harga barang antara Tono dan pemilik toko online. Setelah terjadi kesepakatan harga, maka pemilik toko online menyuruh Tono untuk mentransfer uang sesuai dengan harga yang telah disepakati ke rekening pemilik toko online. Si Tono kemudian mentransfer uang ke rekening pemilik toko online. Setelah ditunggu seminggu, barang yang dipesan si Tono tak juga dikirim. Si Tono kemudian menghubungi no HP pemilik toko online namun sudah tidak aktif. Si Tono pun sukses tertipu gara-gara ketidaktahuannya..
Dengan ilustrasi
di atas anda dapat membedakan orang bodoh dengan orang kurang pengalaman.
Orang bodoh tertipu karena tertarik dengan harga murah. Sementara orang yang
kurang pengalaman tertipu karena ketidaktahuannya. Orang pintar, bukan
merupakan target market komplotan penipu. Karena orang pintar memiliki sikap
skeptis, kritis, analistis dan selalu mempertimbangkan resiko. Orang
pintar selalu menggunakan akal sehat dan logika berpikir.
pingback daftar sbobet
BalasHapuspingback agen bola
pingback detiksport
pingback judi bola